Jumat, 02 November 2007
"LOWONGAN"
Sebuah lowongan istimewa telah dipersiapkan sebelum alam ini diciptakan.Lowongan ini terbuka bagi semua orang tanpa pengecualian, tanpa melihatpengalaman kerja, tanpa ijazah, tanpa koneksi. Lowongan ini terbuka bagi semua pengangguran maupun yang sedang bekerja dengan latar belakang apapun,baik direktur, gubernur, tukang becak, perampok, koruptor, pembunuh,pendeta, kyai, para dermawan, dll. Setiap pelamar dijamin pasti diterima di salah satu posisi yang disediakan, bahkan yang tidak melamar sekalipun pastiditerima !
LOWONGAN DISEDIAKAN UNTUK 2 POSISI :
A. Penghuni Syurga
B. Penghuni Neraka
UNTUK POSISI A DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI SBB : Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Syurga yang kekal abadi,kandidat dijamin akan memperoleh training outdoor dan indoor, berupa :
1. Nikmat kubur.
2. Jaminan perlindungan di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.
Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan dengankenikmatan dunia. Rasulullah bersabda, *"Demi Allah, dunia ini dibandingakhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia" *(HR Muslim).
Nikmat yang lebih indah dari syurga adalah 'merasakan' ridha Allah dan kesempatanmerasakan 'wajah' Allah, inilah puncak segala kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan manusia, yaitu keindahan menikmati sifat-sifatdan kalam murni Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
UNTUK POSISI B DIPASTIKAN AKAN MENIKMATI BERAGAM KESEMPATAN DIBAWAH INI
Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam terbukadengan fasilitas pemanas ruangan yang bertemperatur sangat luar biasapanasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka dijatuhkan ke muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan mendidihlah kutub es yangada di muka bumi ini. Bahkan bila seseorang dikeluarkan dari dalamnyasekejab kemudian dipindahkan ke tumpukan api unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini maka iapun akan merasa lega.Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu khawatir tidakkebagian tempat. Para pelamar posisi ini juga tak perlu khawatir segera matikalau dibakar, karena tubuh kita akan dibuat sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti kerupuk bila digoreng). Rasulullah saw bersabda,* "Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai) hingga sebesar gunungUhud, dan (tebal) kulitnya membentang sejauh tiga hari perjalanan" *(diriwayatkanoleh Abu Hurairah, HR Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah sawbersabda, *"Neraka di pegang oleh tujuh puluh ribu tali, dan setiap talinya di pegang olehtujuhpuluh ribu malaikat" M*(HR Muslim). Rasulullah saw bersabda,* "Allah mempunyai malaikat yang jarak antara kedua belah matanya adalah sepanjang seratus tahun perjalanan" *(Abu Daud, Ibn Hanbal). Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu membakar isiperut, minuman yang mampu membocorkan usus serta fasilitas kolam renanggratis yang berisi nanah dan darah. Beberapa pembantu gratis juga disiapkanuntuk menyayat lidah orang-orang yang suka menyakiti hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang yang tidak membayar zakat.Selain fasilitas tersebut, para kandidat akan melewati masa training yanglamanya mencapai ribuan tahun, yaitu :
1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan 'hidup' dalam kesengsaraan ditemani ular dan makhluk aneh lainnya serta wajah-wajah burukselama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di alam barzakh tergantungkualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia lakukan.
2. Training outdoor dilakukan di padang Mahsyar selama ribuan tahun, dalam suasana kepanikan dan huru-hara yang luar biasa. Bapak, ibu, anak dansaudara-saudara kita tak mampu menolong kita karena setiap orang sibukdengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para nabipun tidak mampu menolong, kecuali nabi Muhammad SAW yang akan menolong umatnya yang rajin bersholawatpadanya..
SYARAT-SYARAT PELAMAR
- Tidak diperlukan ijazah- Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok.
- Tidak perlu bawa harta - Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atauseksi.
Cukup membawa dokumen asli dari keimanan dan amal karya Anda sendiri.
WAKTU WAWANCARA :
Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan Anda. Sabda Rasulullah SAW: *"Sesungguhnya bila jenazah seseorangdiletakkan di dalam kubur,maka jenazah itu mendengar suara sandalorang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka meninggalkan tempat itu *(hadist hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal). Perludiketahui jadwal wawancara Anda ini sudah ditentukan sejak roh ditiupkan ketubuh Anda semasa dalam kandungan ibu.Wawancara tahap 2 : Hanya Allah lah yang tahu.
LOKASI DAN LAMA WAWANCARA
Wawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama beberapamenit hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya.
Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban (hari perhitungan) selama beberapa hari hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya.Dalam salah satu haditsnya Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak waktu masapengadilan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah 500 tahun. Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki sedikit hartauntuk diminta pertanggungjawabann ya (karena sebutir nasi yang Anda buangakan diminta pertanggungjawabann ya).
PEWAWANCARA:
Wawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Mungkar dan Nakir.
Wawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang Penguasa Hari Kemudian
WAWANCARA HANYA BERISI 6 PERTANYAAN :
1. Siapa Tuhanmu ?
2. Apa agamamu ?
3. Siapa nabimu?
4. Apa kitabmu?
5. Dimana kiblatmu ?
6. Siapa saudaramu?
Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa dihapaldari sekarang karena keimanan dan amal kitalah yang akan menjawabnya.
CARA MELAMAR:
Sekali lagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak perlumelamar, siapa saja dijamin diterima, bahkan untuk melamarpun Anda akandijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk sekaliber malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (bisa jadisebentar lagi).
BENARKAH LOWONGAN INI ?
Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia alam iniyang tidak mampu kita ketahui, apalagi mengenai akhirat. Rasulullah saw bersabda : *"Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang taksanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut) ,langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepadaAllah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui(tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kaliantidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, danniscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan daribencana akhirat) yang akan Dia timpakan" *( HR Tirmidzi & Al-Bukhari)Sementara jutaan Malaikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang bersujud kepada Allah, dan sementara Malaikat peniup Sangkakala sudah siap di depantrompetnya sejak alam ini diciptakan, sementara itu pula masih banyakdiantara kita yang masih terlena dengan dunia ini. Tidak sadar ia bahwa dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di akhirat.
MAU MELAMAR KE POSISI B ?
Mudah saja, hiduplah sesuka anda...
"BERTOBATLAH KANG JALAL"
"Mengajak Jalaluddin Rakhmat Bertobat "
(Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke 164)
Pada tanggal 19 September 2006 lalu, bertempat> di kampus Universitas Paramadina Jakarta, saya> diundang untuk membahas buku baru dari Dr.> Jalaluddin Rakhmat yang berjudul “Islam dan> Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan.” Sejak> awal, saya sebenarnya enggan melayani perdebatan> tentang Pluralisme Agama, karena berdasarkan> pengalaman, selama ini, perdebatan seperti itu tidak> banyak membawa manfaat. > > Tetapi, karena ada pertimbangan khusus, undangan> itu saya terima. Beberapa pekan sebelumnya, saya> sudah bertemu dengan Jalaluddin Rakhmat, yang> biasanya dipanggil sebagai Kang Jalal. Dalam forum> tersebut Jalal menyatakan, bahwa “menjadi orang> Kristen yang beramal shalih lebih baik daripada> menjadi orang muslim yang jahat”. Saya sempat kirim> SMS mempertanyakan ucapan dia tersebut. > > Dengan niat ingin berdakwah dan menjelaskan> kekeliruan pandangan “Pluralisme Agama” tersebut di> kampus Paramadina, saya bersedia menghadiri forum> tersebut. Ternyata forum itu sangat ramai.> Pengunjung berjubel memadati ruangan. Maka, sedapat> mungkin, saya mencoba menjelaskan kekeliruan paham> Pluralisme Agama, termasuk yang disampaikan oleh> Jalaluddin Rakhmat melalui bukunya tersebut. Untuk> itu, pada malam itu, saya luncurkan juga buku baru> saya yang berjudul “Pluralisme Agama: Parasit bagi> Agama-agama”. > > Salah satu yang saya kritik keras adalah cara> Jalaluddin Rakhmat dalam mengutip dan menafsirkan> ayat-ayat Al-Quran yang dia katakan sebagai “ayat> pluralis”. Tampak, ada pemutarbalikkan makna> ayat-ayat Al-Quran dengan tujuan untuk melegitimasi> pandangan Pluralisme Agama, seolah-olah Pluralisme> Agama adalah paham yang dibenarkan oleh Al-Quran .> Cara seperti ini sama saja dengan "menjual minyak> babi tetapi diberi cap onta". Ayat-ayat Al-Quran> ditafsirkan dengan semaunya sendiri untuk> membenarkan paham yang salah. > > Dalam bukunya tersebut, misalnya, Jalal mengutip,> pendapat Rasyid Ridha dalam Kitab Tafsir al-Manar> Jilid I:336-338, tentang penafsiran QS al-Baqarah:> 62, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang> beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen,> dan kaum Shabiin, siapa saja yang beriman kepada> Allah, Hari Akhir, dan beramal shalih, maka mereka> akan mendapatkan pahala dari sisi Allah dan tidak> ada ketakutan dan kekhawatiran atas mereka.” > > Dalam ayat ini, menurut Jalal yang mengutip Rasyid> Ridha, kaum Yahudi dan Kristen akan dapat meraih> keselamatan meskipun tidak beriman kepada Nabi> Muhammad saw. Jadi, untuk meraih keselamatan,> seseorang hanya disyaratkan beriman kepada Allah,> iman kepada hari pembalasan, dan beramal saleh –> tanpa wajib beriman kepada kenabian Muhammad saw.> Bahkan, Jalaluddin Rakhmat juga menyatakan:> “Bertentangan dengan kaum eksklusivis adalah kaum> pluralis. Mereka berkeyakinan bahwa semua pemeluk> agama mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh> keselamatan dan masuk sorga. Semua agama benar> berdasarkan kriteria masing-masing. Each one is> valid within its particular culture. Mereka percaya> rahmat Allah itu luas.” > > Pendapat semacam ini sudah pernah dikemukakan oleh> tokoh Pluralis Agama Prof. Abdul Aziz Sachedina,> yang menulis:> “Rashid Rida does not stipulate belief in the> prophethood of Muhammad for the Jews and Christians> desiring to be saved, and hence implicitly maintains> the salvific validity of both the Jewish and> Christian revelation.” (Terjemahan bebasnya: Rasyid> Ridha tidak mensyaratkan iman kepada kenabian> Muhammad bagi kaum Yahudi dan Kristen yang> berkeinginan untuk diselamatkan, dan karena itu, ini> secara implisit menetapkan validitas kitab Yahudi> dan Kristen). (Lihat Abdul Aziz Sachedina, “Is> Islamic Revelation an Abrogation of Judaeo-Christian> Revelation? Islamic Self-identification in the> Classical and Modern Age, dalam Hans Kung and Jurgen> Moltman, Islam: A Challenge for Christianity,> (London: SCM Press, 1994)). > > Baik Jalaluddin Rakhmat atau Sachedina sama-sama> bersikap manipulatif dalam menampilkan pendapat> Muhamamd Abduh dan Rasyid Ridha tentang keselamatan> Ahli Kitab. Mereka hanya mengutip Tafsir al-manar> Jilid I, dan tidak melanjutkan telaahnya kepada> bagian lain Tafsir al-Manar. Jalaluddin Rakhmat> bahkan menyimpulkan bahwa Rasyid Ridha seolah-olah> merupakan seorang pluralis. Padahal, jika mereka mau> menelaah bagian Tafsir al-Manar lainnya, akan dapat> menemukan pendapat Mohammad Abduh atau Rasyid Ridha> yang sangat berbeda dengan kesimpulan mereka itu. > > Dalam forum di Paramadina tersebut, saya bawakan> fotokopian Tafsir al-Manar Jilid IV yang membahas> tentang keselamatan Ahlul Kitab, yang dengan tegas> menyebutkan, bahwa bahwa QS al-Baqarah:62 tersebut> adalah membicarakan keselamatan Ahlul Kitab yang> dakwah Nabi (Islam) tidak sampai menurut yang> sebenarnya kepada mereka, sehingga kebenaran agama> Islam tidak tampak bagi mereka. Karena itu, mereka> diperlakukan seperti Ahlul Kitab yang hidup sebelum> kedatangan Nabi Muhammad saw. > > Sedangkan bagi Ahli Kitab yang dakwah Islam sampai> kepada mereka, Rasyid Ridha menggunakan QS Ali Imran> ayat 199 sebagai landasannya. Kepada mereka ini,> untuk meraih keselamatan, maka harus memenuhi lima> syarat, yaitu:> > (1) beriman kepada Allah dengan iman yang> benar, yakni iman yang tidak bercampur dengan> kemusyrikan dan disertai dengan ketundukan yang> mendorong untuk melakukan kebaikan, (2) beriman> kepada al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi> Muhammad. (3) beriman kepada kitab-kitab yang> diwahyukan bagi mereka, (4) rendah hati (khusyu'),> (5) tidak menjual ayat-ayat Allah dengan harta benda> dunia. > > Abduh mengakui adanya Ahli Kitab yang memenuhi> kelima syarat itu, hanya saja jumlahnya sedikit, dan> mereka itu merupakan orang-orang pilihan dalam hal> ilmu, keutamaan, dan ketajaman penglihatan batin.> Mereka tersembunyi dalam lipatan-lipatan sejarah> atau di lereng-lereng gunung dan pelosok-pelosok> negeri, dan oleh agama resmi mereka malah dituduh> sebagai kafir dan pengikut ajaran sesat. > > Itulah pendapat Abduh dan Ridha tentang> keselamatan Ahli Kitab sebagaimana ditulis dalam> Tafsir al-Manar, yang secara gegabah dimanipulasi> oleh Abdul Aziz Sachedina dan Jalaluddin Rakhmat.> Tindakan memanipulasi pendapat mufassir semacam ini> adalah tindakan yang sangat tidak terpuji, apalagi> digunakan untuk mendukung paham Pluralisme Agama,> yang sama sekali tidak dilakukan oleh Muhammad Abduh> dan Rasyid Ridha. Jika mau mendukung paham> Pluralisme Agama, lakukanlah dengan fair dengan> membuat tafsir sendiri, baik Tafsir Jalaluddin> Rakhmat atau Tafsir Sachedina, tanpa memanipulasi> pendapat ulama atau tokoh yang lain. > > Dengan logika sederhana kita bisa memahami, bahwa> untuk dapat "beriman kepada Allah" dengan benar dan> beramal saleh dengan benar, seseorang pasti harus> beriman kepada Rasul Allah saw. Sebab, hanya melalui> Rasul-Nya, kita dapat mengenal Allah dengan benar;> mengenal nama dan sifat-sifat- Nya. Juga, hanya> melalui Nabi Muhammad saw, kita dapat mengetahui,> bagaimana cara beribadah kepada Allah dengan benar.> Jika tidak beriman kepada Nabi Muhammad saw,> mustahil manusia dapat mengenal Allah dan beribadah> dengan benar, karena Allah SWT hanya memberi> penjelasan tentang semua itu melalui rasul-Nya.> > Sejak lama Jalaluddin Rakhmat dikenal sebagai> pakar dan jago komunikasi massa. Kata-katanya> mengalir dan bisa menyihir orang yang mendengarnya.> Saya melihat, bagaimana hebatnya dia dalam> mempengaruhi orang, apalagi yang tidak sempat> mengecek sendiri ayat-ayat atau tafsir Al-Quran yang> dikutipnya. > > Saya berpikir, alangkah sayangnya, kepandaian dan> kehebatan itu jika digunakan untuk menyesatkan> manusia. Padahal, jika kepandaian itu digunakan> untuk mengajak manusia ke jalan Allah, akan sangat> bermanfaat, bagi diri Jalaluddin Rakhmat sendiri,> maupun bagi umat Islam secara keseluruhan. Selama> ini, Jalaluddin Rakhmat banyak dikenal sebagai> penyebar ide-ide Syiah di Indonesia. Entah mengapa,> dia sekarang meloncat lagi menjadi penyebar ide-ide> Pluralisme Agama, yang amat sangat kacau dan> merusak. > > Tampilnya Jalaluddin Rakhmat sebagai penyebar ide> Pluralisme Agama tentu saja menambah darah baru bagi> para pendukung paham ini. Tetapi, jika ditelaah,> argumentasi yang digunakan masih seputar itu-itu> juga. Ayat-ayat yang dikutip dalam Al-Quran juga> dipilih-pilih yang seolah-olah mendukung paham> Pluralisme Agama. Tetapi, karena pendukung paham ini> kadang begitu pandai dalam mengutip ayat-ayat> al-Quran, bukan tidak mungkin akan banyak orang yang> tertipu, menyangka ‘’minyak babi’’ yang dijajakan> mereka sebagai ‘’minyak onta’’. > > Dengan masuknya Jalaluddin Rakhmat ke dalam> barisan penyebar paham ini, maka sekarang, bagi umat> Islam, sudah makin jelas, di barisan mana Jalaluddin> Rakhmat berada. Di akhir presentasi saya, secara> terbuka, saya mengajak Jalaluddin Rakhmat untuk> bertobat dan kembali ke jalan yang benar, dengan> meninggalkan paham Pluralisme Agama dan kembali> kepada iman Islam. Saya sudah berusaha sekuat tenaga> untuk menjelaskan kekeliruan mereka. Jika mereka> tidak mau menerima, tugas saya untuk menyampaikan> sudah selesai. Terserah mereka, Jalaluddin Rakhmat> dan pendukung Pluralisme Agama lainnya, untuk> mengambil sikap. > > Di atas semua itu, sebagai Muslim, kita patut> merenungkan firman Allah SWT:> "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi> itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia> dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan> kepada sebagian lainnya perkataan-perkataan yang> indah-indah untuk menipu." (QS Al-An’am:112)> > Mudah-mudahan, sebagai Muslim yang mengimani> kebenaran Islam, kita tidak termasuk ke dalam> barisan musuh para Nabi. Amin. (Jakarta, 29> September 2006/www.hidayatull ah.com). > > > > "Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah> kecil"
Diambil dari tulisan Adian Husaini, MA
(Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke 164)
Pada tanggal 19 September 2006 lalu, bertempat> di kampus Universitas Paramadina Jakarta, saya> diundang untuk membahas buku baru dari Dr.> Jalaluddin Rakhmat yang berjudul “Islam dan> Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan.” Sejak> awal, saya sebenarnya enggan melayani perdebatan> tentang Pluralisme Agama, karena berdasarkan> pengalaman, selama ini, perdebatan seperti itu tidak> banyak membawa manfaat. > > Tetapi, karena ada pertimbangan khusus, undangan> itu saya terima. Beberapa pekan sebelumnya, saya> sudah bertemu dengan Jalaluddin Rakhmat, yang> biasanya dipanggil sebagai Kang Jalal. Dalam forum> tersebut Jalal menyatakan, bahwa “menjadi orang> Kristen yang beramal shalih lebih baik daripada> menjadi orang muslim yang jahat”. Saya sempat kirim> SMS mempertanyakan ucapan dia tersebut. > > Dengan niat ingin berdakwah dan menjelaskan> kekeliruan pandangan “Pluralisme Agama” tersebut di> kampus Paramadina, saya bersedia menghadiri forum> tersebut. Ternyata forum itu sangat ramai.> Pengunjung berjubel memadati ruangan. Maka, sedapat> mungkin, saya mencoba menjelaskan kekeliruan paham> Pluralisme Agama, termasuk yang disampaikan oleh> Jalaluddin Rakhmat melalui bukunya tersebut. Untuk> itu, pada malam itu, saya luncurkan juga buku baru> saya yang berjudul “Pluralisme Agama: Parasit bagi> Agama-agama”. > > Salah satu yang saya kritik keras adalah cara> Jalaluddin Rakhmat dalam mengutip dan menafsirkan> ayat-ayat Al-Quran yang dia katakan sebagai “ayat> pluralis”. Tampak, ada pemutarbalikkan makna> ayat-ayat Al-Quran dengan tujuan untuk melegitimasi> pandangan Pluralisme Agama, seolah-olah Pluralisme> Agama adalah paham yang dibenarkan oleh Al-Quran .> Cara seperti ini sama saja dengan "menjual minyak> babi tetapi diberi cap onta". Ayat-ayat Al-Quran> ditafsirkan dengan semaunya sendiri untuk> membenarkan paham yang salah. > > Dalam bukunya tersebut, misalnya, Jalal mengutip,> pendapat Rasyid Ridha dalam Kitab Tafsir al-Manar> Jilid I:336-338, tentang penafsiran QS al-Baqarah:> 62, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang> beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen,> dan kaum Shabiin, siapa saja yang beriman kepada> Allah, Hari Akhir, dan beramal shalih, maka mereka> akan mendapatkan pahala dari sisi Allah dan tidak> ada ketakutan dan kekhawatiran atas mereka.” > > Dalam ayat ini, menurut Jalal yang mengutip Rasyid> Ridha, kaum Yahudi dan Kristen akan dapat meraih> keselamatan meskipun tidak beriman kepada Nabi> Muhammad saw. Jadi, untuk meraih keselamatan,> seseorang hanya disyaratkan beriman kepada Allah,> iman kepada hari pembalasan, dan beramal saleh –> tanpa wajib beriman kepada kenabian Muhammad saw.> Bahkan, Jalaluddin Rakhmat juga menyatakan:> “Bertentangan dengan kaum eksklusivis adalah kaum> pluralis. Mereka berkeyakinan bahwa semua pemeluk> agama mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh> keselamatan dan masuk sorga. Semua agama benar> berdasarkan kriteria masing-masing. Each one is> valid within its particular culture. Mereka percaya> rahmat Allah itu luas.” > > Pendapat semacam ini sudah pernah dikemukakan oleh> tokoh Pluralis Agama Prof. Abdul Aziz Sachedina,> yang menulis:> “Rashid Rida does not stipulate belief in the> prophethood of Muhammad for the Jews and Christians> desiring to be saved, and hence implicitly maintains> the salvific validity of both the Jewish and> Christian revelation.” (Terjemahan bebasnya: Rasyid> Ridha tidak mensyaratkan iman kepada kenabian> Muhammad bagi kaum Yahudi dan Kristen yang> berkeinginan untuk diselamatkan, dan karena itu, ini> secara implisit menetapkan validitas kitab Yahudi> dan Kristen). (Lihat Abdul Aziz Sachedina, “Is> Islamic Revelation an Abrogation of Judaeo-Christian> Revelation? Islamic Self-identification in the> Classical and Modern Age, dalam Hans Kung and Jurgen> Moltman, Islam: A Challenge for Christianity,> (London: SCM Press, 1994)). > > Baik Jalaluddin Rakhmat atau Sachedina sama-sama> bersikap manipulatif dalam menampilkan pendapat> Muhamamd Abduh dan Rasyid Ridha tentang keselamatan> Ahli Kitab. Mereka hanya mengutip Tafsir al-manar> Jilid I, dan tidak melanjutkan telaahnya kepada> bagian lain Tafsir al-Manar. Jalaluddin Rakhmat> bahkan menyimpulkan bahwa Rasyid Ridha seolah-olah> merupakan seorang pluralis. Padahal, jika mereka mau> menelaah bagian Tafsir al-Manar lainnya, akan dapat> menemukan pendapat Mohammad Abduh atau Rasyid Ridha> yang sangat berbeda dengan kesimpulan mereka itu. > > Dalam forum di Paramadina tersebut, saya bawakan> fotokopian Tafsir al-Manar Jilid IV yang membahas> tentang keselamatan Ahlul Kitab, yang dengan tegas> menyebutkan, bahwa bahwa QS al-Baqarah:62 tersebut> adalah membicarakan keselamatan Ahlul Kitab yang> dakwah Nabi (Islam) tidak sampai menurut yang> sebenarnya kepada mereka, sehingga kebenaran agama> Islam tidak tampak bagi mereka. Karena itu, mereka> diperlakukan seperti Ahlul Kitab yang hidup sebelum> kedatangan Nabi Muhammad saw. > > Sedangkan bagi Ahli Kitab yang dakwah Islam sampai> kepada mereka, Rasyid Ridha menggunakan QS Ali Imran> ayat 199 sebagai landasannya. Kepada mereka ini,> untuk meraih keselamatan, maka harus memenuhi lima> syarat, yaitu:> > (1) beriman kepada Allah dengan iman yang> benar, yakni iman yang tidak bercampur dengan> kemusyrikan dan disertai dengan ketundukan yang> mendorong untuk melakukan kebaikan, (2) beriman> kepada al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi> Muhammad. (3) beriman kepada kitab-kitab yang> diwahyukan bagi mereka, (4) rendah hati (khusyu'),> (5) tidak menjual ayat-ayat Allah dengan harta benda> dunia. > > Abduh mengakui adanya Ahli Kitab yang memenuhi> kelima syarat itu, hanya saja jumlahnya sedikit, dan> mereka itu merupakan orang-orang pilihan dalam hal> ilmu, keutamaan, dan ketajaman penglihatan batin.> Mereka tersembunyi dalam lipatan-lipatan sejarah> atau di lereng-lereng gunung dan pelosok-pelosok> negeri, dan oleh agama resmi mereka malah dituduh> sebagai kafir dan pengikut ajaran sesat. > > Itulah pendapat Abduh dan Ridha tentang> keselamatan Ahli Kitab sebagaimana ditulis dalam> Tafsir al-Manar, yang secara gegabah dimanipulasi> oleh Abdul Aziz Sachedina dan Jalaluddin Rakhmat.> Tindakan memanipulasi pendapat mufassir semacam ini> adalah tindakan yang sangat tidak terpuji, apalagi> digunakan untuk mendukung paham Pluralisme Agama,> yang sama sekali tidak dilakukan oleh Muhammad Abduh> dan Rasyid Ridha. Jika mau mendukung paham> Pluralisme Agama, lakukanlah dengan fair dengan> membuat tafsir sendiri, baik Tafsir Jalaluddin> Rakhmat atau Tafsir Sachedina, tanpa memanipulasi> pendapat ulama atau tokoh yang lain. > > Dengan logika sederhana kita bisa memahami, bahwa> untuk dapat "beriman kepada Allah" dengan benar dan> beramal saleh dengan benar, seseorang pasti harus> beriman kepada Rasul Allah saw. Sebab, hanya melalui> Rasul-Nya, kita dapat mengenal Allah dengan benar;> mengenal nama dan sifat-sifat- Nya. Juga, hanya> melalui Nabi Muhammad saw, kita dapat mengetahui,> bagaimana cara beribadah kepada Allah dengan benar.> Jika tidak beriman kepada Nabi Muhammad saw,> mustahil manusia dapat mengenal Allah dan beribadah> dengan benar, karena Allah SWT hanya memberi> penjelasan tentang semua itu melalui rasul-Nya.> > Sejak lama Jalaluddin Rakhmat dikenal sebagai> pakar dan jago komunikasi massa. Kata-katanya> mengalir dan bisa menyihir orang yang mendengarnya.> Saya melihat, bagaimana hebatnya dia dalam> mempengaruhi orang, apalagi yang tidak sempat> mengecek sendiri ayat-ayat atau tafsir Al-Quran yang> dikutipnya. > > Saya berpikir, alangkah sayangnya, kepandaian dan> kehebatan itu jika digunakan untuk menyesatkan> manusia. Padahal, jika kepandaian itu digunakan> untuk mengajak manusia ke jalan Allah, akan sangat> bermanfaat, bagi diri Jalaluddin Rakhmat sendiri,> maupun bagi umat Islam secara keseluruhan. Selama> ini, Jalaluddin Rakhmat banyak dikenal sebagai> penyebar ide-ide Syiah di Indonesia. Entah mengapa,> dia sekarang meloncat lagi menjadi penyebar ide-ide> Pluralisme Agama, yang amat sangat kacau dan> merusak. > > Tampilnya Jalaluddin Rakhmat sebagai penyebar ide> Pluralisme Agama tentu saja menambah darah baru bagi> para pendukung paham ini. Tetapi, jika ditelaah,> argumentasi yang digunakan masih seputar itu-itu> juga. Ayat-ayat yang dikutip dalam Al-Quran juga> dipilih-pilih yang seolah-olah mendukung paham> Pluralisme Agama. Tetapi, karena pendukung paham ini> kadang begitu pandai dalam mengutip ayat-ayat> al-Quran, bukan tidak mungkin akan banyak orang yang> tertipu, menyangka ‘’minyak babi’’ yang dijajakan> mereka sebagai ‘’minyak onta’’. > > Dengan masuknya Jalaluddin Rakhmat ke dalam> barisan penyebar paham ini, maka sekarang, bagi umat> Islam, sudah makin jelas, di barisan mana Jalaluddin> Rakhmat berada. Di akhir presentasi saya, secara> terbuka, saya mengajak Jalaluddin Rakhmat untuk> bertobat dan kembali ke jalan yang benar, dengan> meninggalkan paham Pluralisme Agama dan kembali> kepada iman Islam. Saya sudah berusaha sekuat tenaga> untuk menjelaskan kekeliruan mereka. Jika mereka> tidak mau menerima, tugas saya untuk menyampaikan> sudah selesai. Terserah mereka, Jalaluddin Rakhmat> dan pendukung Pluralisme Agama lainnya, untuk> mengambil sikap. > > Di atas semua itu, sebagai Muslim, kita patut> merenungkan firman Allah SWT:> "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi> itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia> dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan> kepada sebagian lainnya perkataan-perkataan yang> indah-indah untuk menipu." (QS Al-An’am:112)> > Mudah-mudahan, sebagai Muslim yang mengimani> kebenaran Islam, kita tidak termasuk ke dalam> barisan musuh para Nabi. Amin. (Jakarta, 29> September 2006/www.hidayatull ah.com). > > > > "Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah> kecil"
Diambil dari tulisan Adian Husaini, MA
Langganan:
Postingan (Atom)